Sabtu, 04 September 2010

Kehamilan Ektopik

BAB I 
PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang
    Kehamilan kadang tidak seperti yang kita harapkan. Sehingga jika didapatkan hasil test kehamilan lewat urine (+), pastikan dulu kehamilan anda adalah kehamilan yang normal. Artinya normal disini adalah, kehamilan terletak didalam rahim (Intra uterine), dan sudah terdapat gambaran janinnya, dengan detak jantungnya ada.
Ada beberapa kondisi, yang menandakan bahwa kehamilan tidak senormal yang kita harapkan.
Salah satunya adalah kehamilan ektopik, atau kehamilan diluar rahim. Dan kadang tandanya menyerupai abortus atau keguguran, yaitu ada perdarahan, bahkan mungkin cuma perdarahan bercak pada saat hamil muda.
Tapi kehamilan ektopik lebih berbahaya karena mengancam jiwa, jika tidak segera ditangani.
Karena perdarahan yang terjadi bukan keluar, tapi kedalam rongga abdomen. sehingga dulu sering missed diagnosis, terlambat diketahui.
Sekarang dengan adanya USG, pada kehamilan dini bisa cepat diketahui kehamilan intra atau ekstra uterin.

I.2  Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang diatas kita dapat merumuskan masalah yaitu apa itu kehamilan yang tidak normal, khususnya kehamilan ektopik (ektopik terganggu).
I.3  Tujuan
    Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui apa itu kehamilan yang tidak normal, khususnya kehamilan ektopik (ektopik terganggu).


BAB II 
PEMBAHASAN

II.1. Defenisi Kehamilan Ektopik Terganggu
    Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
    Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi dilokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
II.2. Insiden Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.
II.3. Etiologi Kehamilan Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a.    Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b.    Riwayat operasi tuba.
c.    Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d.    Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.    Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f.    Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g.    Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h.    Operasi plastik pada tuba.
i.    Abortus buatan.
II.4. Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini.
1.    Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2.    Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3.    Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
II.5. Manifestasi Klinik Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
II.6. Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat:
1.    Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2.    Pemeriksaan fisis
    Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
    Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
    Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3.    Pemeriksaan penunjang
    Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
    USG:Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
-Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4.    Kuldosentesis
suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
5.    Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparatimi
6.    Ultrasonografi
Berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
II.7. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
II.8. Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (4,7):
    Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
    Infeksi
    Sterilitas
    Pecahnya tuba falopii
    Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
II.9. Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
II.10. Diagnosa Banding Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
    Diagnosa banding:
    Infeksi pelvik
    Kista folikel
    Abortus biasa
    Radang panggul,
    Torsi kita ovarium,
    Endometriosis


BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan penbahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi dilokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
III.2 Saran
Penyusun  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Olehnya itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar